Selasa, 24 Agustus 2010

Berpuasa di Negeri Sakura


Berbagai tradisi bulan Ramadan selalu membuat rindu akan kehadirannya, termasuk aneka dagangan serta suasana tarawih berjamaah bersama sanak saudara. Hal itu sangat berbeda ketika berada di luar negeri. Setidaknya itulah yang terjadi di Negeri Sakura Jepang, sebagai negara yang termasuk mempunyai populasi muslim lebih sedikit di banding negara lainnya.

Potret bulan suci Ramadan di negeri ini tak ubahnya seperti menjalani rutinitas keseharian seperti biasanya. Tidak ada adzan yang bergema, di samping populasi Muslim yang lebih sedikit dibanding agama lainnya seperti Shinto dan Budha, pemerintahan yang ada pun tidak pernah mencampuri urusan beribadah umatnya.

Hal ini bisa kita lihat dalam tiap pendirian atau perawatan candi dan kuil sebagai tempat yang paling sering kita temui di Jepang. Tidak ada subsidi pemerintah akan pembangunan dan perawatan tempat-tempat ibadah tersebut. Bahkan, di Kyoto, sebuah daerah yang pernah menjadi ibu kota Jepang setelah Nara, tidak ada bangunan masjid permanen yang bisa kita temui.

Saat ini, umat Muslim di Kyoto beribadah di suatu bangunan masjid non-permanen yang berukuran kecil dan tidak bisa menampung umat Muslim yang kian meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Terlebih untuk menunaikkan ibadah salat Idul Fitri.

Masjid non-permanen yang dekat dengan Kyoto University ini kerap kali digunakan untuk salat Jumat dan tarawih ketika bulan Ramadan. Sedangkan untuk salat Idul Fitri, umat Muslim yang ada di Kyoto masih harus menyewa tempat yang lebih besar lagi, karena sudah tentu kapasitasnya tidak mencukupi. Pembangunan masjid permanen di jantung kota Kyoto pun sedang direncanakan untuk secepat mungkin dilaksanakan.

Kondisi bulan Ramadan di Kyoto, Jepang memang terasa sangat berbeda jika dibandingkan dengan Tanah Air. Karena belum adanya tempat yang permanen untuk beribadah, maka jamaah yang datang ke masjid berukuran kecil yang dekat dengan Universitas Kyoto ini juga sangat sedikit. Ini disebabkan karena letak rumah antar Muslim yang berjauhan dengan lokasi tempat ibadah, sehingga banyak orang lebih memilih untuk berjamaah di rumah dengan keluarganya.

Bahkan, tidak tampak satu pun jamaah perempuan yang datang ke masjid non-permanen yang terletak di dalam bangunan Asosiasi Muslim di Kyoto pada hari kedua di bulan Ramadan. Kondisi ini tampak sangat kontras jika dibanding suasana jamaah di masjid Indonesia pada minggu-minggu pertama di bulan Ramadan, yang kerapkali diwarnai oleh penuhnya kaum Muslim yang hadir untuk salat tarawih.

Selain masjid, dari segi makanan yang khas untuk berbuka puasa pun sungguh jauh berbeda. Sehingga, kita harus menahan keinginan atau kerinduan kita untuk bisa berbuka dengan kolak ataupun es buah di negeri ini. Berbagai restoran dan tempat makan di negeri ini pun tetap dibuka secara umum selama bulan Ramadan, tidak ada yang berbeda dengan bulan-bulan lainnya.

Bulan Ramadan di Negeri Sakura juga mempunyai waktu berbuka puasa yang lebih panjang di banding Tanah Air. Di Jepang, kita baru berbuka pada pukul 19.00 waktu setempat, yang mana satu jam lebih lama dibandingkan Indonesia. Jika di Indonesia kita bisa mendengarkan suara adzan sebagai pertanda berbuka, maka di Jepang kita cukup berpatokan pada tenggelamnya matahari dan waktu salat juga berbuka yang telah di sepakati oleh Dewan Muslim di sana.

Di Indonesia, kita dengan mudahnya bisa menemukan dagangan khas berbuka di pinggiran jalan. Namun, jangan harap di Jepang kita bisa menemukan kondisi serupa. Semuanya serba berbeda dan tampak seperti hari biasa di luar bulan suci. Tidak ada suara merdu khas Qori atau Qoriah yang melantunkan ayat al-Qur'an nan menentramkan hati.

Meski demikian, ada juga berbagai pengalaman lainnya yang tidak bisa kita temukan ketika menjalankan Ibadah di Tanah Air. Salah satunya adalah bertemu dengan umat Muslim dan Muslimat dari berbagai penjuru dunia. Hari pertama, kedua dan ketiga Bulan Ramadan di Kota Kyoto, masjid non-permanen ini didominasi oleh warga Mesir yang sedang melanjutkan studinya di Universitas Kyoto. selain warga Mesir, ada juga yang berasal dari China, Indonesia dan Bahrain.

Meski jamaah di hari pertama bulan suci hanya berjumlah 25 orang dan menjadi 15 orang di hari kedua, namun tidak begitu saja menghilangkan kekhusyukan dalam beribadah. Salat tarawih di Jepang dilaksanakan mulai pukul 20.50, yang mempunyai selisih dengan Indonesia hampir dua jam. Berinteraksi dan bercerita akan pengalaman spiritual dengan kaum Muslim dari negara lain amatlah mengasyikkan. Setelah salat tarawih berjamaah selesai, beberapa menit pun digunakan untuk mengadakan halaqoh atau perkumpulan antar jamaah dalam mengkaji ayat suci al-Qur'an.

Setelah kajian selesai, maka para jamaah pun biasanya langsung pulang ke apartemen atau asramanya masing-masing. Tentu saja suasana ini berbeda dengan di Tanah Air, di mana banyak kaum Muslim setelah selesai melaksanakan salat tarawih berjamaah masih dapat mencari makanan khas bulan Ramadan atau lauk-pauk yang siap saji untuk persiapan sahur hingga menjelang pukul 24.00. Sementara di Kyoto, Jepang, suasana jalan pada dini hari, sudah sangat sepi.

Ada salah satu fenomena alam yang tampak begitu mengagumkan dan membuat tidak hentinya mulut ini mengucap tasbih pada Allah. Saat ini, Jepang sedang mengalami musim panas yang begitu terik. Ketika penulis mengunjungi Jepang di akhir bulan Juli, suasana yang sangat panas dengan terik matahari, dapat kita temui sepanjang waktu hingga masuk bulan Agustus. Namun, begitu hari pertama bulan Ramadan kita kecap, suasana terik tanpa hujan seakan sirna setelah hujan nan sejuk diturunkan oleh sang Maha Pencipta. Subhanallah.

Meski kondisi melakukan ibadah puasa di Jepang sangat berbeda dengan di tanah air, namun semangat untuk melaksanakan salah satu rukun Islam ini tidak pernah surut. Ada kebanggaan tersendiri manakala kita masih bisa melaksanakan ibadah nan suci ini dan menjaga kadar iman kita, di saat warga lainnya yang mayoritas beragama Shinto atau Budha tetap menikmati sajian sarapan pagi, makan siang dan dengan asyiknya menikmati minum di kala siang.

Semarak dan kekhusyukan Ramadan tidak pernah berhenti dimakan oleh tempat atau waktu. Semoga semangat Ramadan akan tetap menyala di hati kita, dan membawa seluruh umat muslim pada kebahagiaan sejati, di mana pun kita berada.

*Ana Sabhana Azmy adalah Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik UI yang berkesempatan untuk berkeliling dan tinggal di Jepang selama tiga minggu serta berpuasa di Negeri Sakura.

Mencegah Dehidrasi Saat Puasa


Saat berpuasa, kurangnya konsumsi cairan dapat membuat tubuh menderita dehidrasi. Bagaimana mencegah dehidrasi saat puasa?

Berikut ini beberapa tips untuk mencegah dehidrasi selama berpuasa:

1. Konsumsi cairan 1,5 hingga 2 liter (6-8 gelas) per hari, yang terbagi antara berbuka sampai sahur sangat diperlukan.

2. Berbuka dengan minuman yang manis berasal dari sari buah alami sebab lebih cepat menggantikan energi, kemudian dilanjutkan makanan lainnya.

3. Berbuka dengan air kelapa lebih baik dibanding air biasa dan minuman elektrolit buatan sebab penelitian membuktikan air kelapa muda memiliki Indeks Rehidrasi lebih tinggi (air kelapa muda lebih efektif dan lebih cepat memperbaiki dehidrasi).

4. Kurangi aktifitas di tempat yang bersuhu tinggi yang mempercepat terjadinya dehidrasi.

5. Tetap lakukan olah raga, sebaiknya mendekati berbuka sehingga tubuh tidak terlalu lama mengalami kekurangan energi dan cairan.

6. Pada saat sahur konsumsi makanan yang banyak mengandung serat sehingga dapat menahan lapar lebih lama, dan hindari minum terlalu berlebihan.

7. Makan secukupnya saat berbuka (tidak berlebihan) supaya saat sahur perut siap diisi kembali untuk energi esok hari.

8. Jangan tinggalkan sahur sebab sahur merupakan saat mengisi cairan dan energi untuk 14 jam ke depan. 9. Jangan tunda untuk berbuka sebab sudah saatnya mengisi kembali cairan dan energi yang sudah hilang selama berpuasa. Istirahat yang cukup setidaknya 5-6 jam dalam sehari, sebelum tidur sempatkan untuk minum lagi, jika memungkinkan lakukan tidur siang kurang lebih 1 jam.

Berpuasa dengan Makan Sehat


Bulan suci Ramadan telah tiba, saatnya umat Muslim melaksanakan ibadah puasa. Untuk menunaikannya dibutuhkan kesiapan mental dan tubuh yang sehat agar terhindar dari berbagai masalah kesehatan selama menjalani ibadah puasa.

Masalah kesehatan yang sering terjadi pada saat seseorang berpuasa adalah gangguan saluran cerna terutama gangguan lambung. Karena itu penting menjaga makan agar tubuh tetap sehat, jadi lakukanlah makan sehat selama bulan Ramadan.

Makan sehat kita harus selalu ingat 3J –Jumlah, Jadwal dan Jenis. Jumlah, maksudnya jangan berlebih, tetapi juga jangan kekurangan. Artinya kita makan harus sesuai dengan kebutuhan tubuh kita, bahkan pada saat berpuasa biasanya secara tidak sadar kita akan mengurangi asupan kalori sekitar 10–15% dari biasanya.

Jadwal, maksudnya jadwal makan pada saat berpuasa berubah menjadi sahur dan berbuka. Jangan pernah tidak makan pada saat sahur, karena tubuh kita perlu energi/ tenaga untuk beraktifitas sehari hari.

Saat makan juga harus tepat waktu, artinya jangan menunda jam makan pada saat berbuka, karena lambung sudah kosong selama 14 jam dan kadar gula darah sudah menurun.

Jenis, berarti dalam memilih jenis makanan harus berpedoman gizi seimbang. Maksudnya, jenis makanan harus lengkap mengandung sebagian besar (sekitar 50-60%) bahan makanan sumber karbohidrat seperti: nasi, nasi merah, roti, kentang, bihun, sereal, oatmeal, singkong. Sekitar 10%-15% bahan makanan sumber protein seperti: ayam, ikan, daging, telur, udang, bakso, tahu, tempe, kacang-kacangan. Sekitar 20-30% bahan makanan sumber lemak seperti: minyak, susu, kelapa, lemak ayam, lemak ikan. Selain itu, perbanyak juga makan sayur dan buah-buahan.

Bagaimana Penerapan 3J Tersebut?

Pada saat sahur, makan sebanyak 30% dari kebutuhan makan sehari yang terdiri dari sumber karbohidrat kompleks (nasi merah, kentang dengan kulitnya, roti gandum), sumber protein dan lemak: ikan, ayam tanpa kulit, tahu dan tempe serta sayur mayur.

10-15 Menit sebelum imsak, makan lebih kurang 10% dari kebutuhan kalori yang terdiri dari buah-buahan (3-5 porsi buah) dimakan dengan kulitnya atau diblender. Penting mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat kompleks (tinggi serat) untuk menjaga penyerapan karbohidrat berlangsung bertahap sehingga akan menjaga kadar gula darah tetap stabil selama berpuasa. Hal itu berarti tetap tersedianya sumber tenaga di siang hari. Jangan dilupakan minum air 4 gelas selama sahur sampai menjelang imsak.

Pada saat berbuka, makan sebanyak 50% dari kebutuhan makan sehari. Dimulai berbuka dengan minuman yang manis tetapi menyehatkan yaitu minum juice atau sari buah dari 2-3 macam buah yang tinggi kandungan airnya seperti jeruk, melon, semangka (bukan minum teh manis, sirup, kolak, dan sebagainya).

Setelah salat magrib, makan besar yang lengkap dan mengandung karbohidrat kompleks (nasi merah, kentang dengan kulitnya, roti gandum) protein dan lemak (ikan, ayam tanpa kulit,putih telur, tahu dan tempe) serta buah. Tetapi harus diingat, makanlah secara bertahap, jangan langsung melahap makanan berat, tapi mulai dulu dari yang ringan. Setelah salat tarawih atau sebelum tidur, makan makanan ringan sebanyak 10% dari kebutuhan makan sehari, atau makanlah buah-buahan.

Minum minimal 4 gelas air sejak berbuka sampai saat Anda tidur. Pilihlah menu makanan yang disukai, bervariasi dan rasa yang enak agar tidak membosankan. Anda perlu menghindari makanan yang berlemak, goreng-gorengan, santan, mie, sayuran yang membentuk banyak gas (seperti kol, sawi, lobak), makanan terlalu pedas, kopi, minuman bersoda, dan minuman mengandung alkohol.

Kurma Takjil Sehat Saat Puasa


Di bulan Ramadan, kurma menjadi makanan favorit untuk berbuka. Jenisnya beragam, mulai dari kurma medjol, kurma agwa, kurma kidri, hingga sokhari. Lantas kenapa kurma cocok untuk santapan buka puasa? Apa saja khasiat hebat kurma?

Pedagang kurma 'kaget' mulai bermunculan di saat Ramadan, biasanya mereka banyak ditemukan di pasar-pasar tradisional. Kurma yang dijual juga beragam, mulai dari yang harganya murah hingga harganya yang cukup mahal. Hampir semuanya diimpor dari negara-negara Timur Tengah, juga dari Australia dan Amerika.

Jenis kurma sangat beragam, ada yang basah ada juga yang kering. Kalau dari segi jenisnya terdapat lebih dari 30 jenis kurma yang ada di dunia. Tapi biasanya hanya beberapa saja yang cukup dikenal masyarakat Indonesia. Di antaranya kurma nabi atau agwa yang harganya relatif sangat mahal, kurma Tunisia yang cenderung kering di luar namun sangat lembut di dalam dan rasanya tidak terlalu manis.

Kurma sangat baik dikonsumsi saat puasa seperti sekarang ini. Kandungan gula dalam kurma bisa menggantikan tenaga yang hilang setelah seharian berpuasa. Kecuali itu kandungan nutrisinya juga cukup kaya. Para ahli nutrisi yang melakukan penelitian kandungan gizi kurma menemukan bahwa buah kurma ini sangat cocok untuk menu diet.

Sebutir kurma mengandung 23 kalori. Sedangkan untuk tiap 100 gram kurma (sekitar 8-10 butir) mengandung karbohidrat 73,5 g, serat 7,5 g dan gula 66 g, protein 2 g dan lemak 0,45 g. Kecuali itu kandungan mineral dan vitamin pada kurma juga sangat banyak; Calcium 32 mg, Magnesium 35 mg, Selenium 1,9 g, Phosporus 40 mg dan Potassium 652 mg.

Sejumlah vitamin juga terdapat dalam kurma; Vitamin A, Vitamin B6 dan B Complex dan 20 jenis asam amino. Kandungan selenium pada kurma bisa mengurangi resiko penyakit kanker dan jantung juga memperkuat daya tahan tubuh. Tak heran jika kurma dijadikan menu berbuka yang sangat dianjurkan karena dapat menjaga stamina tubuh tetap prima selama menjalankan ibadah puasa.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, konsumsi kurma sebanyak 3 butir saat berbuka dan 4 butir saat sahur. Tidak perlu berlebihan karena biasanya makanan lain juga banyak yang dikonsumsi saat berbuka.

Puasa Nyaman Bagi Penderita Maag


Penderita penyakit maag perlu melakukan parawatan khusus agar dapat berpuasa dengan sehat dan nyaman. Jika Anda penderita penyakit maag, apakah yang perlu diperhatikan agar tetap nyaman berpuasa?

Identifikasilah jenis penyakit maag yang Anda derita, penyakit maag fungsional atau organik. Jika penyakit maag yang Anda derita berjenis fungsional, yaitu ada luka di saluran cerna, amankan lambung Anda dengan obat penekan asam lambung agar tidak terasa perih selama berpuasa. Ketika makan sahur atau berbuka, pilihlah hidangan yang aman bagi lambung, yaitu yang tidak merangsang produksi banyak asam lambung. Rokok juga merupakan konsumsi yang memperparah penyakit maag.

Bila penyakit maag yang Anda derita berjenis organik pun, Anda masih bisa menjalankan puasa, dianjurkan dengan konsumsi obat sakit maag secara teratur. Penderita penyakit maag apapun yang perlu mengkonsumsi obat penekan asam lambung sebaiknya tetap teratur mengkonsumsinya selama puasa. Namun, jika penyakit maag yang diderita sudah cukup parah, tidak dianjurkan puasa. Misalnya, jika mengalami pendarahan, ditandai dengan muntah darah atau buang air besar hitam, atau muntah berulang dan setiap makan. Dengan kondisi separah ini, penderita justru perlu dirawat di rumah sakit.

Demikian juga dengan penderita kanker saluran cerna, termasuk di lambung. Dengan identifikasi jenis penyakit maag dan perawatan yang tepat serta teratur, semoga Anda dapat menjalankan niat baik Anda untuk berpuasa dan semoga Anda memperoleh manfaat sebesar-besarnya.